Rabu, 10 Desember 2008

Detik-Detik Yang Berharga

"Setiap diri kita, sering dihadapkan pada keputusan-keputusan pada detik-detik
yang sangat berharga. "


Setiap diri kita, sering dihadapkan pada keputusan-keputusan pada detik-detik
yang sangat berharga.

Secara manusiawi, setiap diri kita akan mengalami rasa takut untuk melakukan
sesuatu yang positif pada detik-detik yang berharga itu. Dalam kondisi takut,
ada yang terukur sehingga menjadi sebuah keberanian. Namun pada sisi lain,
tetap takut dan tetap tidak terukur, sehingga tetap hidup dalam ketakutan.

Banyak orang ingin menikah misalnya, akan mengalami rasa takut untuk menikah
karena takut nanti tidak cocok, jadi janda, jadi duda, tidak punya pekerjaan
tetap dan lain sebagainya. Dalam posisi ini DETIK-DETIK YANG BERHARGA,
ada yang terukur sehingga diwujudkan tetap menikah dengan segala kekurangannya.
Namun banyak juga yang sejak 10 tahun lalu ingin menikah dan tidak terukur
karena tetap dalam posisi ketakutan untuk menikah dengan beribu-ribu alasan
yang dibuat sendiri. Pada detik-detik yang berharga itu.

Ada orang ingin kuliah, akan mengalami rasa takut kuliah karena kekurangan
keuangan, kecerdasan, droup out dan lain sebagainya. Dalam posisi ini
DETIK-DETIK YANG BERHARGA, ada yang terukur sehingga diwujudkan tetap kuliah
dengan segala resikonya. Namun banyak juga yang ingin kuliah dan tidak terukur
karena tetap dalam posisi ketakutan kuliah dengan beribu-ribu alasan yang
dibuatnya sendiri. Pada detik-detik yang berharga itu.

Pada tanggal 11-22 Agustus 2006, kami berkesempatan pergi Meulaboh, Calang
dan sebagaian besar daerah-daerah yang terkena musibah tsunami di Aceh, dari
beberapa penduduk yang selamat, walaupun sudah 7 hari di laut, secara syariat
adalah keberaniannya untuk melawan rasa takut, dan segera membuat keputusan
pada DETIK-DETIK YANG BERHARGA, ada yang berpegangan buah kelapa, bahkan ada
yang membuat keputusan meminum air Minyak Goreng sampai dua liter dengan
harapan racun Lumpur yang masuk ke perut bisa ternetralkan dan lain sebagainya.




Ada orang ingin merantau, akan mengalami rasa takut merantau karena faktor
jauh dari keluarga, kurang makan, sulit cari pekerjaan dan lain sebagainya.
Dalam posisi ini, DETIK-DETIK YANG BERHARGA, ada yang terukur, yaitu tetap
merantau dan menghadapi kenyataan hidup. Namun banyak juga yang ingin merantau
dan tidak terukur karena tetap dari lahir sampai meninggal tidak pernah merantau.
Mereka tidak berani membuat sebuah keputusan Pada detik-detik yang berharga itu.

Ada orang ingin belajar naik sepeda, akan mengalami rasa takut naik sepeda
karena bisa terjatuh, nabrak orang, capek dan lain sebagainya. Dalam posisi
DETIK-DETIK YANG BERHARGA itu, ada yang terukur, yaitu tetap belajar naik
sepeda dengan segala resikonya. Namun banyak juga yang ingin naik sepeda
dan tidak terukur karena tetap dari lahir sampai meninggal tidak pernah naik
sepeda sehingga kemana-mana sepedanya didorong-dorong. Mereka tidak berani
membuat sebuah keputusan Pada detik-detik yang berharga itu.

Ada orang ingin belajar berwirausaha, akan mengalami rasa takut untuk
berwirausaha karena akan mengalami bangkrut, penghasilan tidak pasti dan
lain sebagainya. Dalam posisi DETIK-DETIK YANG BERHARGA itu, ada yang
terukur, yaitu tetap berwirausaha dengan segala resikonya. Namun banyak
juga yang ingin berwirausaha dan tidak terukur karena tetap dari lahir
sampai mati menikmati penghasilan pasti dalam bentuk gaji, padahal riziki
itu tak terduga.

Sahabat sekalian, hidup selalu dihadapkan pada DETIK-DETIK YANG BERHARGA,
hanya orang-orang yang berani melawan rasa takutnya yang akan menikmati
hasil dari keputusannya itu. Selamat berjuang.

Tidak ada komentar: